Apabila
engkau memasuki masjid, maka janganlah duduk sampai engkau kerjakan shalat dua
rakaat tahiyyatul masjid. Akan tetapi bila engkau memasuki Masjidil Haram dan
hendak melakukan thawaf, maka yang lebih utama adalah engkau mulai dengan
thawaf, kemudian engkau niatkan dua rakaat sunah thawaf serta tahiyyatul masjid
sekaligus. Jika engkau berniat salah satunya, maka termasuk pula yang lain,
meskipun engkau tidak meniatkannya. Karena tahiyyat Al-Masjidil Haram tidak
luput dengan thawaf sebagaimana dinukil oleh Al-Wan’iy dan Abu Qasim.
Makruh
mengerjakan shalat tahiyyat bila mendapati shalat fardu telah diserukan
iqomahnya dengan kalimat -kalimat yang telah dikenal. Makruh pula bila ia
khawatir meninggalkan shalat, baik fardu maupun shalat sunah. Adapun bila Ia
meyakini ketinggalan shalat fardu, maka diharamkan shalat tahiyyatul masjid.
Namun jika shalatnya nafilah maka hukumnya makruh.
Disunahkan
membaca Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar empat
kali bagi siapa yang memasuki masjid namun enggan untuk salat tahiyyat masjid
dikarenakan sibuk atau sesuatu yang lain, karena keutamanya menyamai salat dua
rakaat. ini adalah bila tidak bisa berwudu di dalam masjid sebelum waktu yang
lama. Kalau tidak, maka tidaklah cukup hal itu karena ia ceroboh dengan
meninggalkan wudu padahal ia mampu melakukannya.
Jika
engkau belum melakukan salat dua rakaat fajar di rumah, maka engkau boleh
menunaikannya sebagai ganti tahiyyat, karena ia bisa tercapai dengan setiap shalat
sunah maupun wajib. Meskipun engkau tidak meniatkannya. Karena yang dimaksud
adalah adanya shalat sebelum duduk dan telah terwujud dengan itu Al-Bujairami
berkata: “Apabila ia berniat tahiyyat dengan shalat fardu misalnya, maka ia
mendapat pahalanya, sesuai ijma’ para ulama. Namun jika tidak diniatkan, maka
tidaklah terwujud, sesuai ijma’ ulama.”Jika engkau selesai shalat sunah dua
rakaat fajar atau tahiyyat, maka berniatlah iktikaf, yaitu tinggal di masjid
dengan niat iktikaf, karena hukumnya sunah muakkadah dalam setiap waktu.
Telah
diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa melakukan iktikaf selama waktu orang memeras susu, maka
seakan-akan Ia membebaskan hamba sahaya.”
Kemudian
berdoalah sebagaimana doa Rasulullah setelah shalat sunah fajar sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Akan tetapi diriwayatkan oleh Tirmidzi dan
lainnya dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah membaca doa ini setelah selesai shalat
pada malam Jumat:
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْألُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِى بِهَا قَلبِى وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِى وَتَلُمُّ بِهَا شَعَتِى وَتَرُدُّ بِهَا أُلْفَتِى وَتُصْلِحُ بِهَا دِيْنِى وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِى وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِى وَتُزَكِّى بِهَا عَمَلِى وَتُبَيَّضُ بِهَا وَجْهِى وَتُلْهِمُنِى بِهَا رُشْدِى وَتَقْضِى لِى بِهَا حَاجَتِى وَتَعْصِمُنِى بِهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ.
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dari
sisi-Mu yang dengannya Engkau menunjuki hatiku dan menyatukan keadaanku yang
bercerai berai dan Engkau perbaiki urusanku yang berantakan dan Engkau
kembalikan kecintaanku, dengan rahmat itu Engkau pelihara batinku dan Engkau
angkat derajat lahirku, Engkau bersihkan amalku, Engkau ilhami kebenaranku, Engkau
penuhi hajatku bagiku dan Engkau pelihara aku dengannya dari setiap keburukan.”
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا يُبَاشِرُ قَلْبِى وَيَقِيْنًا صَادِقًا حَتَّى اَعْلَمَ اَنَّهُ لَنْ يُحْبِيَنِى اِلَّا مَا كَتَبْتَهُ عَلَيَّ وَرَضِّنِى بِمَا قَسَمْتَهُ لِى
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu iman yang murni
dan kekal yang memasuki hatiku dan keyakinan yang tulus hingga aku mengetahui
bahwa tidak akan menimpa diriku kesulitan apa yang Engkau tetapkan bagiku dan
jadikan aku ridha dengan apa yang Engkau berikan kepadaku.”
Doa ini
tidak tercantum dalam Al-Ihya Asy-Syifa’ dan Al-Jaami’.. Akan
tetapi disebutkan dalam Al-Ihya’ bahwa ini doa Adam, sedang doa yang sebelum dan sesudahnya terdapat
dalam Al-Ihya’ dan Al-Jaami’.
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ اِيْمَانًا صَادِقًا وَيَقِيْنًا لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ وَاَسْأَلُكَ رَحْمَةً اَنَالُ بِهَا شَرَفَ كَرَامَتِكَ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu iman yang tulus
dan keyakinan yang tiada kekafiran sesudahnya dan aku mohon kepada-Mu rahmat
untuk mencapai kemuliaan karomah-Mu di dunia dan akhirat.”
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ الْفَوْزَ عِنْدَ اللِّقَاءِ وَالصَّبْرَ عِنْدَ القَضَاءِ وَمَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَعَيْشَ السُّعَدَاتِ وَالنَّصْرَ عَلَى الْاَعْدَاءِ وَمُرَافَقَةَ الْاَنْبِيَاءِ
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu
keberuntungan di waktu bertemu dan kesabaran ketika menerima takdir dan aku
mohon kepada-Mu derajat para syuhada dan kehidupan orang-orang yang bahagia,
kemenangan dalam melawan musuh serta berkumpul dengan para nabi.”
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اُنْزِلَ بِكَ حَجَاتِى وَاِنْ ضَعُفَ رَأْبِى وَقَصَّرَ عَمَلِى وَافْتَقَرْتُ اِلَى رَحْمَتِكَ فَاَسْأَلُكَ يَا قَاضِيَ الْاُمُوْرِ وَيَا شَافِيَ الصُّدُوْرِ كَمَا تُجِيْرُ بَيْنَ الْبُحُوْرِ اَنْ تُجِيْرَنِى مِنْ عَذَابِى السَّعِيْرِ وَمِنْ دَعْوَةِ الثُبُوْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْقُبُوْرِ
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Engkau
penuhi hajatku meskipun aku sulit menjangkau yang lebih baik dan kurang
ibadatku sedang aku membutuhkan rahmat-Mu, Wahal Tuhan yang menyembuhkan
penyakit hati, sebagaima Engkau melindungi lautan dan percampuran, maka lindungilah
aku dari siksa neraka dan seruan celaka serta fitnah kubur”
اَللّٰهُمَّ مَا قَصَّرَ عَنْهُ رَأْيِى وَضَعُفَ عَنْهُ عَمَلِى وَلَمْ تَبْلُغْهُ نِيَّتِى وَاُمْنِيَّتِى مِنْ خَيْرِ وَعَدْتَهُ اَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ اَوْ خَيْرٍ اَنْتَ مُعْطِيْهِ اَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَاِنِّى اَرْغَبُ اِلَيْكَ فِيْهِ وَاَسْأَلُكَ اِيَّاهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
“Ya Allah, sesuatu yang tidak tercapai oleh
akalku dan tidak dikerjakan olehku dan tidak tercapai oleh niat dan keinginanku
berupa kebaikan yang Engkau janjikan kepada salah seorang hamba-Mu atau
kebaikan yang Engkau berikan kepada salah seorang makhlukMu, maka aku benar
berharap kepada-Mu untuk memperolehnya dan aku memohonnya kepada-Mu wahai Tuhan
semesta alam.”
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هَادِيْنَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ حَرْبًا لِاَعْدَائِكَ سِلْمًا لِاَوْلِيَائِكَ نُحِبُّ بِحُبِّكَ النَّاسَ وَنُعَادِى بِعَدَاوَتِكَ مَنْ خَالَفَكَ مِنْ خَلْقِكَ
“Ya Allah, jadikanlah kami sebagai pemberi
petunjuk yang mengikuji kebenaran, tidak sesat dan tidak menyesatkan, berperang
melawan musuh-musuh-Mu dan berdamai dengan para wali-Mu. Kami cintai
orang-orang karena kami mencintai-Mu dan kami musuhi penentang-Mu di antara
makhluk-Mu karena Engkau memusuhinya.”
اَللّٰهُمَّ هَذَا الدُّعَاءُ وَعَلَيْكَ الْاِجَابَةُ وَهَذَا الْجُهْدُ وَعَلَيْكَ التَّكُلَانِ وَاِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ . اَللّٰهُمَّ ذَا الْحَبْلِ الشَّدِيْدِ وَالْاَمْرِ الرَّشِيْدِ اَسْأَلُكَ الْاَمْنَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ وَالْجَنَّةَ يَوْمَ الْخُلُوْدِ مَعَ الْمُقَرَّبِيْنَ الشُّهُوْدِ الرُّكَّعِ السُّجُوْدِ الْمُوْفِيْنَ لَكَ بِالْعُهُوْدِ اِنَّكَ رَحِيْمٌ وَدُوْدٌ وَاِنَّكَ مَا تَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ. سُبْحَانَ مَنْ تَعَطَّفَ بِالْعِزِّ وَقَالَ بِهِ. سُبْحَانَ مَنْ لَيْسَ الْمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهِ. سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنْبَغِى التَسْبِيْحُ اِلَّا لَهُ. سُبْحَانَ ذِى الْفَضْلِ وَالنِّعَمِ. سُبْحَانَ ذِى الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ. سُبْحَانَ الَّذِى اَحْصَى كُلِّ شَيْئٍ بِعِلْمِهِ
“Ya Allah, inilah doa kami dan terserah
kepada-Mu untuk mengabulkannya. Dan inilah kemampuan kami dan kepada-Mu kami
bertawakal. Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kami
kembali dan tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang
Maha Tinggi lagi Maha Agung. Ya Allah, Tuhan yang memiliki tali yang kuat
(Al-Qur’an) dan ajarannya benar. Aku mohon kepada-Mu keamanan pada hari ancaman
dan mohon surga pada hari kekekalan bersama orang-orang yang dekat dengan Allah
dan memandang kepada Tuhan mereka beserta orang-orang yang rukuk dan sujud dan
menepati janjinya kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang dan Sesungguhnya Engkau melakukan apa yang Engkau inginkan. Maha Suci
Tuhan yang memiliki segala kekuatan dan mengalahkan setiap sesuatu yang kuat
dengannya. Maha Suci Tuhan yang memiliki segala kebesaran dan
menganugerahkannya kepada para hamba-Nya. Maha Suci Tuhan yang tidak patut
disucikan selain Dia. Maha Suci Tuhan yang memiliki segala karunia dan kenikmaan.
Maha Suci Tuhan yang banyak memberikan dan Maha Pemurah. Maha Suci Tuhan yang
mengetahui jumlah segala sesuatu.”
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ لِى نُوْرًا فِى قَلْبِى وَنُوْرًا فِى قَبْرِى وَنُوْرًا فِى سَمْعِى وَنُوْرًا فِى بَصَرِى وَنُوْرًا فِى شَعْرِى وَنُوْرًا فِى بِشْرِى وَنُوْرًا فِى لَحْمِى وَنُوْرًا فِى دَمِى وَنُوْرًا فِى عِظَامِى وَنُوْرًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَنُوْرًا مِنْ خَلْفِى وَنُوْرًا عَنْ يَمِيْنِى وَنُوْرًا عَنْ ثِمَلِى وَنُوْرًا مِنْ فَوْقِى وَنُوْرًا مِنْ تَحْتِى اَللّٰهُمَّ زِدْنِى نُوْرًا وَاَعْطِنِى نُوْرًا اَعْظَمَ نُوْرٍ وَاجْعَلْ لِى نُوْرًا بِرحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah, jadikanlah bagiku cahaya di
dalam hatiku, cahaya di dalam kuburku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya
dalam penglihatanku, cahaya dalam rambut-ku, cahaya dalam kulit-ku, cahaya
dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya dalam tulang-tulangku, cahaya di
hadapanku, cahaya di belakangku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah
kiriku, cahaya dari atasku dan cahaya di bawahku. Ya Allah, tambahilah aku
cahaya dan berilah aku cahaya, yaitu cahaya terbesar dan jadikanlah cahaya
bagiku dengan rahmat-Mu, Ya Tuhan yang Maha Penyayang di antara para
penyayang.”
Al-Qurtubi
berkata: “Yang jelas mengenai makna
cahaya ialah pemandangan dan apa yang dinisbahkan kepadanya dan berbeda-beda keadaannya.
Cahaya pendengaran menampakkan apa-apa yang di dengar, cahaya penglihatan
menyingkapkan apa-apa yang dilihat cahaya
hati menyingkapkan apa-apa yang diketahui, cahaya anggota-anggota badan
ialah amal-amal ketaatan yang nampak padanya.”
An-Nawawi
berkata, menukil dan para ulama: “Cahaya dicari dalam anggota-anggota tubuhnya,
tindakan-tindakannya, berbagai keadaannya,semua perbuatannya yang halal serta
keseluruhannya dalam keenam penjurunya hingga tidak luput sedikitpun darinya.”
Doa ini terdapat
dalam Al-Ihya’ tanpa ditambah maupun dikurangi, dan berlainan dengan
yang terdapat dalam Al-Jaami’. Apabila engkau selesai berdoa, maka
janganlah melakukan sesuatu hingga salat fardu, kecuali berfikir atau bertasbih
atau membaca Al-Qur’an atau lainnya seperti membaca tahmid dan istigfar.
Diriwayatkan
dari Anas dari Nabi , beliau bersabda:
مَنْ قَالَ صَبِيْحَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةَ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ اَسْتَغْفِرُ اللّٰهُ الَّذِى لَا اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللّٰهُ تَعَالَى ذُنُوْبَهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barangsiapa mengucapkan pada pagi hari Jumat
sebelum shalat Subuh, Aku mohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
yang hidup kekal dan selalu mengurusi makhluk-Nya serta bertobat kcpada-Nya
tiga kali, maka Allah mengampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih air
laut.”
Diriwayatkan
dari Ummi Raafi’ , bahwa Rasulullah berkata kepadanya: “Hai Ummi Raafi’,
apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka bacalah tasbih (subhanallah)
sepuluh kali, tahlil (laa ilaha illallah) sepuluh kali, tahmid (alhamdulillah)
sepuluh kali, takbir (Allahu akbar) sepuluh kali dan mohonlah ampun (istigfar)
sepuluh kali kepada-Nya. Karena apabila engkau bertasbih, maka Allah berkata: “ini
adalah bagi-ku dan apabila engkau membaca tahlil, maka Allah berkata: “Ini
adalah bagi-Ku.”Apabila engkau membaca tahmid, maka Allah berkata: “ini adalah
bagi-Ku.” Apabila engkau bertakbir, maka Allah berkata: “ini adalah bagi-Ku.”
Dan apabila engkau memohon ampun, maka Allah berkata: “Aku telah mengampuninya”
Demikianlah yang disebutkan dalam Al-Adzkar oleh An-Nawawi Dalam hadis
disebutkan:
مَنْ قَالَ بَيْنَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ مَنْ يَمُنَّ وَلَا يَمُنُّ عَلَيْهِ سُبْحَانَ مَنْ يُجِيْرُ عَلَيْهِ. سُبْحَانَ مَنْ لَا يُبْرَأُ مِنَ الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ اِلَّا اِلَيْهِ سُبْحَانَ مَنِ التَّسْبِيْحِ مِنَّةٌ مِنْهُ عَلَى مَنِ اعْتَمَدَ عَلَيْهِ. سُبْحَانَ مَنْ يُسَبِّحُ لَهُ الْجَمِيْعُ تَدَارَكْنِى بِعَفْوِكَ فَاِنِّى جَزُوْعٌ
“Barangsiapa mengucapkan antara terbit fajar
dan salat Subuh, Maha Suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya. Maha
Suci Tuhan yang memberi karunia dan tidak menerima pemberian. Maha Suci Tuhan
yang melindungi dan tidak menerima perlindungan, Maha Suci Tuhan yang tiada
daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan-Nya Maha Suci Tuhan yang tasbih
merupakan pemberian dari-Nya atas siapa yang bersandar kepada-Nya, Maha Suci
Tuhan yang segala sesuatu bertasbih dengan memujinya, Maha Suci Engkau tiada
Tuhan selain Engkau, Ya Tuhan, yang bertasbih kepada-Nya segala sesuatu
selamatkanlah aku dengan maafMu, karena aku tak sabar lagi.”
Kemudian ia memohon ampun kepada Allah seratus kali,
maka tidak genap empat puluh han, melainkan telah datang dunia seluruhnya
kepadanya. Hal itu dengan syarat takwa. Demikianlah yang dinukil oleh
Al-Bujairami dan Sayyidi Ahmad Zaruq.